♥ Baca iiuuukk...giVe uR coMMent yiia,.. ♥


Rabu, 06 Agustus 2008

LKS Banten 2008

Tanggal 15-18 Mei 2008 kemarin, aku beserta para rombongan mengikuti LKS (Lomba Kompetensi Siswa) Tingkat Prov. Banten yang diselenggarakan di Kota Serang. Semangat, gugup, haru, dan berbagai perasaan timbul mengiringi keberangkatan kami siang itu. Berkumpul di SMK N 1 Rangkasbitung, para peserta lomba se-Kab. Lebak berangkat menuju Kota Serang dengan angkutan yang telah disediakan. Ada yang naik bus, mobil sekolah, dan mobil guru.

Oia, bagi yang belum tahu, LKS sendiri adalah sebuah kompetisi yang diadakan oleh Dikmenjur yang diperuntukkan kepada siswa-siswi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) untuk saling berkompetisi dalam 22 mata lomba. Misalnya Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Web Design, Olahraga, dan lain-lain. Dimulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga tingkat Nasional.

Sesampainya disana, kami mengisi absen peserta dan langsung menuju penginapan masing-masing (karena hari itu sudah mulai maghrib). Kebetulan aku bersama beberapa tim lain dan rombongan dari Kab. Pandeglang menginap di hotel Pangestu depan Kapolres Serang (Gak mau lagi deh nginep disitu, berisik banget!!)

15 Mei 2008. Kompetisi dimulai. Setelah upacara pembukaan, yang waktunya ngaret dari jadwal (Biasalah Indonesia), seluruh peserta bersiap2 untuk mengikuti babak penyisihan. Deg-degan, takut, dan minder menyelusup pada benak para peserta, khususnya aku.

Oia, ditulisan ini, mungkin aku hanya akan menceritakan lebih tentang kegiatan lomba English Debate, karena hanya mata lomba itulah yang aku ikuti sampai akhir. Meskipun saat itu sudah kedua kalinya aku ikut, tetap saja perasaan gugup menyelimutiku bersama partner timku yang lain. Untuk LKS tahun ini, aku, Mulyana, T Neni, dan Heru mewakili Kab. Lebak pada mata lomba English Debate.

Di penyisihan pertama, timku berhadapan dengan tim Kota Tangerang. Sekedar Nostalgia saja, tim debat Kota Tangerang adalah juara 1 English Debate tahun 2007 kemarin, awal yang indah kan? Tapi juri berkata lain, setelah sekitar 2 jam bertarung, akhirnya timku berhasil menang dengan margin tipis.

Pertarungan tak hanya sampai disitu. Kami harus melawan 1 tim lagi untuk mendapatkan tiket masuk ke semi final, dan saat itu kami bertemu Cilegon! Untuk pertama kalinya kami berhadapan dengan tim dari Kota baja ini. Di sore yang menjelang maghrib, kami dituntut untuk saling beradu argumentasi, saling mencari kesalahan dan menjatuhkan lawan (Jahat banget yah? Itulah debat!). Tim yang sama-sama ngotot, plus motion yang belum begitu kami kuasai menambah keseruan dalam debat sore itu. Cape banget deh, mana belum mandi…ups… :) Akhirnya, keputusan juri datang juga…eng…ing…eng…timku masuk semi final! Alhamdulillah…

Di sela-sela kesibukan lomba dan nyari bahan debat, aku beserta teman-teman yang lain juga ikut melihat lomba-lomba lain yang diadakan, khususnya olahraga. Basket dan volley juga seru banget tuh buat ditonton (apalagi kalo dari kabupaten sendiri,hihi). Sorak-sorai penonton dan suara peluit wasit ikut meramaikan kegiatan hari itu. Pokoknya, seru deh!

Di semi final, timku juga harus berjuang untuk bisa masuk final, setidaknya tidak boleh turun dari prestasi tahun kemarin. Lawan terberat kami saat itu adalah Kab. Tangerang. Karena selain pemegang juara 3 English Debate tahun kemarin, orang-orangnya juga masih sama. Jadi, waspadalah…waspadalah!!

Doa kami terkabul, setelah berhasil menyingkirkan (ganas banget ya bahasanya) Kab. Pandeglang di semi final, timku berhak maju ke babak final melawan Kab. Tangerang. Gugup, takut, dan segala macam perasaan aneh hinggap dihatiku. Secara besok babak final, aku beserta partnerku yang lain latihan pada malam harinya. Kami membahas motion yang mungkin keluar besok, dan mempersiapkan mental…

The last day, May 18th 2008. Di pagi hari yang cerah, adalah saatnya pembuktian siapa yang terbaik. Menjelang upacara penutupan, panggung sandiwara..eh..panggung acara bukan hanya disiapkan untuk penutupan acara saja, tapi juga untuk babak final English Debate. Bayangkan, kami harus berdebat-debat ria dihadapan berpuluh-puluh mata. Suara kami didengar, tatapan mata kami dipandang, dan argumentasi kamipun dinilai. Apalagi, saat itu akulah yang menjadi first speaker dari affirmative team, jadi pembuka acara deh..

Dengan Bismillah, pagi itu kami berdebat mengenai Porn Site. Suara MC, argumentasi dari tiap pembicara dan tepuk tangan riuh dari penonton mengisi suasana pagi itu. Dan akhirnya, setelah berdag-dig-dug ria, babak final selesai dengan silent adjudication dari para juri.

Upacara penutupan digelar, berbagai hiburan dan sambutan-sambutan ikut memeriahkan acara. Akhirnya, pengumuman hasil perlombaan dibacakan. Ada tepuk tangan riuh untuk setiap juara, termasuk timku. Alhamdulillah, timku berhasil memenangkan lomba English Debate sebagai juara pertama. Alhamdulillahirabbil 'alamin…

Setelah semua pemenang lomba dibacakan, terpilihlah Kota tangerang sebagai juara umum pertama karena meraih medali paling banyak. Berikut urutannya:

1. Kota Tangerang
2. Kota Serang
3. Kabupaten Tangerang
4. Kota Cilegon
5. Kabupaten Lebak
6. Kabupaten Pandeglang
7. kabupaten Serang


Prestasi kabupatenku menurun 3 peringkat dari tahun kemarin. Mungkin karena persiapan para peserta yang kurang matang. Semoga ditahun-tahun berikutnya akan lebih baik lagi disertai dengan dukungan yang lebih dari banyak pihak. Chayo Lebak !!

Segala puji bagi Allah yang telah memberiku kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Semoga kompetisi-kompetisi ini akan tetap exist, sehingga pelajar-pelajar SMK dapat lebih termotivasi untuk belajar dan siap memasuki pasar kerja. Semoga LKS 2009 tahun depan di Kota Tangerang akan lebih menarik lagi. Bravo SMK !!!


Lebak Vs Kota Tangerang

Pemberian Hadiah

Jawara Admninstrasi Perkantoran

My Beloved Debate Team

Lebak Vs Kota Serang

Jawara-Jawara Akuntansi

My Beloved Region Kab. Lebak
Continue...

Senin, 04 Agustus 2008

♥ Aku Terlahir 500gr dan Buta-Miyuki Inoue ♥



Miyuki Inoue. Seorang gadis jepang yang tidak beruntung. Ia buta, cacat, dan tidak mempunyai keluarga yang lengkap. Ia bersama ibunya Michiyo Inoue, berjuang mengarungi hidup yang begitu sulit dan penuh cobaan. Hingga akhirnya mereka dapat memetik hasil dari kerja kerasnya selama ini.

Ketika membaca buku ini, kadang aku berfikir, apakah benar ini kisah nyata? Apakah benar ada ibu yang setegar ini? Apakah mungkin ada anak cacat sesemangat ini? Tapi ini benar-benar kisah nyata, sebuah kehidupan di negeri Jepang, Provinsi Fukuoka.

Aku benar-benar terhanyut ketika membacanya. Kadang aku tertawa, kaget, bahkan menagis ketika halaman demi halaman selesai aku baca. Bahasa buku ini begitu ringan, mirip sebuah buku harian. Rasanya seperti membaca curhat (curahan hati) dari seseorang. Kita dipaksa untuk mendengarkan, dan merasakan apa yang dialami oleh penulis saat itu.

Di halaman pertama buku ini, kita akan menemukan beberapa dokumentasi kehidupan Miyuki semasa kecil hingga dewasa. Sesuatu yang jarang dilihat pada buku-buku pada umumnya. Kita diajak untuk mengenal dan mengetahui terlebih dahulu seperti apa sosok Miyuki Inoue sebenarnya.

Ny.Michiyo Inoue berjuang sendiri ketika mengandung dan melahirkan Miyuki. Karena sang ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan saat perjalanan dinas ke Hiroshima. Apalagi saat itu, keluarga ayah Miyuki sama sekali tidak peduli dengannya, yang saat itu memang sudah tidak setuju dengan hubungaan mereka. Sedangkan beliau juga sama-sekali tidak punya sanak saudara. Sehingga ia harus berusaha sendiri. Hanya sendiri.

Penderitaan tak hanya sampai disitu. Michiyo junior lahir prematur, ia terlahir ketika usia kandungannya baru menginjak 20 minggu. Sehingga tubuh Miyuki menjadi sangat lemah dan terkena banyak penyakit. Ketika lahir, beratnya hanya 500gr, dan buta. Bahkan dokter memprediksi bahwa umur Miyuki hanya beberapa hari saja.

Entah apa yang dirasakan Ny. Michiyo saat itu. Ia hanya sendiri dan harus menanggung beban hidup yang begitu beratnya. Ia tidak dapat memeluk erat tubuh buah hatinya. Karena anaknya begitu lemah, Miyuki harus berada dalam incubator selama 7 bulan. Ia hanya dapat menggenggam tangan kecil anaknya, yang hanya sebesar korek api.
Ia menggenggam tangan mungil anaknya seraya berkata, “Miyuki, kau harus berjuang”.

Hari demi hari, Ny. Michiyo berusaha untuk tetap tegar dan kuat, meskipun didera berbagai kekhawatiran. Ketika dokter menyatakan bahwa Miyuki buta total, ia tetap berdiri dengan keyakinannya. Miyuki harus tetap hidup.

Penantian panjang usai. Miyuki keluar dari Rumah Sakit setelah berbulan-bulan berada dalam incubator. Akhirnya ia dapat merasakan pelukan hangat ibunya. Sambil bekerja, Ny. Michiyo merawat Miyuki yang begitu lemah dan buta. Ia bekerja membuat boks makanan, membuka restoran, dan bekerja di sebuah perusahaan. Ia berganti-ganti pekerjaan sesuai dengan kebutuhannya merawat Miyuki. Pun begitu, ia tetap menyempatkan waktu menemani Miyuki, mengajarinya banyak hal, atau mengajaknya bermain di taman.

Miyuki sudah mulai besar. Ia sudah bisa berjalan dan berbicara. Kemudian ia dimasukkan ke TK Megumi. Lalu SLB Fukuoka Program Sekolah Dasar, SLB Fukuoka Program Sekolah Menengah Pertama, dan SLB Fukuoka Program Sekolah Menengah Atas.

Kekuatan cerita ini terlihat dari ketegaran dan kekerasan Ny. Michiyo dalam membesarkan dan mendidik Miyuki hingga ia menjadi gadis yang kuat. Pun begitu, Miyuki juga terlihat seperti anak yang pemalas, pemberontak, dan cengeng. Begitu banyak cerita lucu, unik dan mengharukan dalam kisah ibu dan anak ini. Sangat menarik.

Misalnya cerita ketika Miyuki menderita sakit lambung misterius selama hampir 1 tahun. Saat itu, Miyuki menjadi mudah jengkel dan marah. Seperti biasa, ibunya selalu marah-marah jika Miyuki tidak belajar. Sepanjang perjalan pulang hingga sampai kerumah, Ibunya selalu marah-marah dan menasihatinya dengan keras. Hingga akhirnya Miyuki jengkel dan berkata,”Perutku sakit, aku mau bunuh diri saja!”. Tanpa disangka, ibu menarik kepala Miyuki dan mencekiknya seraya berkata “Kalau kamu ingin mati, sini, biar ibu saja yang membunuhmu!”. Miyuki berteriak kesakitan dan mohon ampun, dan akhirnya berkata,”Aku tidak jadi ingin mati”. Saat itu ia berfikir, “Ibuku seperti setan”.

Ya, begitulah cara Ny. Michiyo membesarkan Miyuki-Chan. Sangat keras. Ia tidak pernah mengajarkan sesuatu pada anaknya sebelum Miyuki berusaha. Ia selalu memperlakukan Miyuki seperti orang normal. Ia berharap, anaknya akan menjadi gadis yang tegar dan kuat. Ia selalu mengajarkan pada anaknya, “Kalau kamu mau berusaha, Kamu pasti bisa”.

Aku jadi teringat masa kecilku dulu. Seringkali aku menangis dan mengancam akan kabur dari rumah. Tapi mamahku tak pernah bergeming. Ia malah bilang, “Ya sudah, pergi saja sana, toh anak masih banyak”. Saat itu aku berfikir, ibu macam ini, masa anak mau kabur dibiarkan saja. Akhirnya aku kabur ke belakang rumah. Mamah sama sekali tak mencariku. Hari mulai gelap, akhirnya aku kembali kerumah. Malu aku. Bahkan setiap kali ada teman yang mengerjaiku, mamah tidak penah marah dan membiarkanku. Ia hanya berkata,”biarkan saja, dan bersabarlah”. Aneh kan. Tapi lama-kelamaan aku sadar, bahwa mamah seperti itu agar aku tidak menjadi anak yang manja dan penyabar. Ketika membaca buku ini, aku merasa kok mamah mirip Ibu Miyuki ya?

Ketegaran dan kesabaran Ny. Michiyo dalam membesarkan Miyuki membuahkan hasil. Miyuki tumbuh menjadi gadis yang tabah, optimis, dan semangat dalam menghadapi segala sesuatu. Ia berhasil memenangkan berbagai lomba mengarang hingga tingkat nasional, dengan hanya menceritakan kisah indahnya bersama ibunya tersayang.

Di buku ini, kita belajar pada Miyuki, bahwa kekurangan dan keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk berprestasi jika kita berusaha. Miyuki saja yang cacat dan buta, bisa membuat cerita yang begitu indah dan menyentuh. Padahal ia berusaha lebih keras dengan menulisnya menggunakan huruf braille. Sedangkan kita?

Allah telah menentukan nasib yang berbeda-beda untuk tiap hamba-Nya. Ada yang miskin, kaya, cacat, normal, dan banyak perbedaan lain. Itu semua tergantung bagaimana kita menghadapinya. Percayalah, Allah tidak akan memberi cobaan di luar kemampuan kita. Terima kasih Miyuki, terima kasih karena telah menyadarkanku :)

Continue...

Selasa, 22 Juli 2008

Mengkritisi Budaya Belajar Kita,..


Artikel ini aku tulis setelah berdiskusi dengan beberapa rekan kantorku di tempat aku magang. Tadinya sih, kami hanya saling bercerita tentang pengalaman-pengalaman kami ketika di sekolah. Tapi lama-lama, diskusi kami berlanjut tentang cara belajar dan diajar kami ketika menimba ilmu selama bertahun-tahun di bangku sekolah.


Tulisan ini aku buat bukan semata-mata karena cara belajarku sudah bagus dan patut diteladani. Sama sekali bukan. Tulisan ini hanya sebagai bukti kesadaranku bahwa proses belajar yang sudah 11 tahun aku jalani ini sering kali sia-sia.


Sudah berapa bidang study yang kita pelajari? Matematika, Bahasa, IPA, IPS, dan beberapa mata pelajaran lain yang mungkin sudah kita lupa materinya apa. Sering kali, ketika kita belajar di sekolah, niatan kita hanya untuk mendapatkan nilai yang baik dan bisa lulus sekolah dengan hasil yang membanggakan. Karena itulah, banyak siswa-siswi yang menyontek ketika ujian dilaksanakan. Kita tidak pernah berfikir “Untuk apa ya saya belajar ini…?”, “Apa yang akan saya hasilkan jika mempelajari ini..?”, ”Dalam hal apa saya bisa mempraktekannya…?”, “Kelak saya bisa jadi apa kalau belajar ini…?”. Pernahkah anda memikirkannya? Jika pernah, sungguh saya ingin belajar dari anda!!


Memang sih, ada beberapa orang yang juga pernah memikirkannya. Tapi hanya sebatas berfikir, tanpa ada realisasi yang jelas. Sering kali kita hanya sekedar berfikir dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam hati saja. Karena itu, jadilah masyarakat kita seperti sekarang ini. Orang-orang yang hanya belajar untuk mendapatkan gelar akademis, pekerjaan yang layak serta kebebasan financial dengan cara yang instan. Sehingga pelajar-pelajarpun terinfeksi oleh budaya semacam ini. Aksi contek-mencontek yang semakin marak, pembocoran soal ujian, dan hal-hal jelek lainnya.


Misalnya saja, suatu ketika temanku pernah bertanya pada guru matematika yang sedang mengajar dikelas. Saat itu materi yang sedang dibahas adalah persamaan dan pertidaksamaan linear. Ketika session pertanyaan, temanku bertanya “Di kehidupan sehari-hari persamaan linear itu kita aplikasikan dimana ya bu?”, dan guruku menjawab, “Kalian cari saja di buku, dimana saja biasanya persamaan linear itu diaplikasikan”. Gubrakkkk !! Aku tidak tahu apa maksud dari jawaban guruku itu. Entah itu karena dia ingin siswa-siswinya belajar mandiri atau memang karena dia tidak tahu. Yang jelas, saat itu aku dan temanku mencarinya dalam buku-buku matematika yang kami pelajari. Tapi pertanyaan kami sama sekali tidak ada yang membahas. Yang ada hanya pembahasan rumus dan contoh-contoh soal. Lalu siapa yang mesti kami pintai jawab?


Setelah kejadian itu, aku jadi semakin mengerti bahwa budaya semacam itu bukan hanya menginfeksi para pelajar saja, tapi guru-gurunya juga. Murid-murid belajar hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, dan guru mengajar hanya untuk mendapatkan gaji dari pemerintah. Tidak ada lagi rasa ingin tahu dan kritisasi akan ilmu.


Kita terus berdoa dan berusaha, semoga budaya-budaya seperti ini akan segera lenyap dari dunia pendidikan Indonesia. Kalo tetep kaya gini, apa kata dunia??


Bravo Education…Bravo Indonesia !!!

Continue...

Senin, 21 Juli 2008

ALLAH Koq Gak Adil Yaaa...


Setiap manusia, memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Fisik yang berbeda, keluarga yang berbeda, rizki yang berbeda, dan segala perbedaan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Sebagai manusia yang tidak pernah puas, tentu kita selalu menginginkan yang terbaik. Ketika kita menemukan diri kita tidak sesempurna orang lain, sering kali kita berkata, "Allah koq gak adil yaa..."

Hal ini sering kali aku temukan di lingkungan teman-teman sebayaku, termasuk akupun pernah merasakannya. Keluarga yang tidak sempurna, ekonomi yang lemah, otak pas-pas’an, dan kekurangan-kekurangan lain yang dimiliki manusia. Kita lebih sering menengadah ke atas dari pada menunduk pada nasib masyarakat bawah.

Ketika kita merasa keluarga kita tidak sempurna, bukankah masih ada beribu-ribu anak yatim piatu yang bahkan tidak tahu siapa orang tua mereka?

Ketika kita sadar bahwa otak kita tidak secerdas orang lain, sadarlah bahwa di dunia ini masih ada berjuta-juta orang yang belum bisa membaca dan menulis.

Ketika kita terhimpit kesulitan ekonomi, ingatkah kita masih ada beribu-ribu keluarga yang hanya bisa makan nasi aking setiap harinya?

Ketika paras kita tidak secantik atau setampan orang lain, tengoklah ke rumah rumah sakit. Begitu banyak penderita bibir sumbing, cacat mata, dan penderita penyakit-penyakit lainnya yang tidak seberuntung kita.

Begitu banyak ketika yang hanya akan mengganggu kehidupan kita, jika kita terus mengeluh dan tak mensyukurinya. Bukankah Allah akan menambah nikmat-Nya jika kita mensyukurinya?

Allah telah merancang skenario kehidupan kita dengan sebaik-baiknya. Semua perbedaan-perbedaan yang ada diantara manusia, hanyalah sebuah cobaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Ketika kita dianugerahkan kehidupan yang sempurna, apakah kita bersyukur atau malah menjadi sombong? Ketika kita, diberi kehidupan yang serba pas-pas’an, apakah kita tetap survive atau malah berputus-asa? Yakinlah, bahwa segala perbedaan yang Allah berikan, adalah sebuah cobaan untuk mengukur tingkat ketaqwaan kita.

Sebagai manusia, tentunya kita hanya bisa berdoa dan berikhtiar untuk merubah nasib kita dan menjadi manusia yang lebih baik. Semua kekurangan dan kelebihan yang kita miliki harus dijadikan acuan untuk berusaha lebih baik. Sebagaimana tertulis dalam Al-Quran, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah nasibnya sendiri". Karena itu,
Don’t Give Up n Keep Work Hard !!
Continue...

Senin, 14 Juli 2008

Bismillah, Ini Tentang Cinta-Ali Imron El-Shirazy

Ini adalah novel paling tebal yang pernah aku baca. Jumlah halamannya sekitar 455 halaman. Namun begitu, novel ini sama sekali tidak membuat para pembacanya jenuh untuk membaca halaman demi halaman cerita dalam novel ini. Bahkan membuat aku penasaran dan sulit berhenti, kecuali jika ada hal yang penting.


Novel ini bercerita tentang seorang murid SMA bernama Haydar beserta 2 orang gadis yang kemudian menjadi takdirnya, Salma dan Lexa. Sebuah cinta segitiga yang dialami anak-anak remaja namun berakhir dengan indah.


Jika kita membaca sekilas alur cerintanya, pasti kita akan berfikir bahwa novel ini mirip dengan novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Tapi tidak sepenuhnya. Karena ketika membacanya kita akan menemukan banyak hal yang berbeda. Kita tidak akan menemukan sosok seperti Fahri yang sangat sempurna dan sangat taat. Melainkan sosok Haydar Ali Said seorang anak SMA yang masih nakal, anak band, humoris namun tetap religius. Kemiripan akan kita temukan pada sosok pemeran wanita, Lexa dan Salma. Salma mirip denga sosok Aisha, dan Lexa mirip dengan Maria. Namun tetap saja ada hal yang berbeda, Misalnya latar belakang Lexa yang berasal dari keluarga yang berantakan. Perbedaan lain juga kita temukan pada setting cerita yang bertempat di Kota Semarang, berbeda dengan novel Ayat-ayat Cinta yang bernafaskan timur tengah.


Aku mendapatkan banyak sekali pelajaran dari novel ini, sampai aku lupa dan harus mengingat-ngingatnya dulu. Penulis menyisipkan banyak sekali pesan moral melalui alur cerita yang kadang kala lucu dan menyentuh, hingga pembacanya menitikkan air mata, termasuk aku.


Pertama, tentang kebaktian seorang anak kepada ibunya. Pada bab 19, halaman 253. Ketika sebuah puisi dalam jam pelajaran bahasa inggris menyadarkan Haydar akan arti seorang ibu. Bagaimana seorang anak sering lupa akan keberadaan ibunya dan lebih mementingkan teman-temannya, bahkan pacarnya daripada ibunya sendiri. Saat itu juga Haydar menyiapkan sebuah kado ulang tahun untuk ibunya, walaupun uang itu akan ia gunakan untuk mengganti handphonenya yang telah rusak. Sesuatu yang jarang seorang anak lakukan pada ibunya.


Kedua, tentang kerja keras. Sebenarnya Haydar bukan berasal dari keluarga yang miskin. Tapi hanya karena ia ingin belajar bekerja keras dan meringankan beban ibunya yang sudah menjanda, ia bekerja sebagai loper Koran sebelum ia berangkat sekolah. Begitu juga dengan hobinya menulis. Walaupun tulisan yang ia kirimkan selalu ditolak, ia tetap tidak menyerah walaupun ia sampai jatuh sakit. Ia hanya yakin akan sebuah kata bijak yang ia tempel di kamarnya, bahwa "Akan ada satu keberhasilan diantara seribu kegagalan". Walaupun akhirnya ia sempat merasa putus asa, saat itulah ia mendapatkan keberhasilan ketika novelnya dijadikan cerbung dalam sebuah Koran lokal. Sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak mudah menyerah untuk menggapai cita-cita dan terus berusaha.


Ketiga, tentang arti sebuah persahabatan. Penulis menyajikan sebuah cerita persahabatan yang konyol dan menyentuh. Sebuah cerita persahabatan yang indah kala SMA. Novel ini mengajarkan kita bagaimana mengikat tali persahabatan sesama teman. Misalnya dengan saling memberi kado saat ulang tahun, dan surprise-surprise lainnya. Ketika Haydar terluka dan ingin balas dendam, teman-temannya tidak sungkan membantunya, bahkan ketika mereka harus masuk bui bersama, mereka tidak saling menyalahkan tapi saling berpelukan dan memberi semangat. Disinilah kita belajar ikhlas, saling menerima, dan setia kawan. That’s a beautiful friendship….


Keempat, tentang bagaimana seharusnya seseorang menyingkapi cinta. Ketika Haydar sangat mencintai Salma, ia hanya bisa melihatnya dari jauh dan mencoba menjaganya semampu yang ia bisa, tanpa berharap apapun untuk menjaga kesucian cintanya. Begitu juga dengan Salma dan Lexa yang sama-sama mencintai Haydar, mereka tetap mampu menjaga hati mereka dari cinta yang belum saatnya. Disini kita diajarkan bagaimana seharusnya menyingkapi cinta yang sesungguhnya, dengan sebenar-benarnya. Agar cinta yang kita jalani menjadi cinta yang berkah dan berpahala.


Kelima, tentang semangat untuk tidak menyerah pada takdir. Lexa adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga yang berantakan. Ayahnya telah meninggalkannya sejak ia kecil. Masa lalunya pun suram. Ia sering disakiti dan dianiaya oleh ayahnya. Tapi itu tak membuatnya berkecil hati. Ia tetap bisa menjadi juara di berbagai mata lomba, bahkan menjadi juara umum. Dari situlah kita belajar untuk tidak menyerah pada takdir dan tetap survive dengan mengembangkan potensi yang kita miliki, walau sepahit apapun cobaan menerpa kita. Kita tetap bisa menjadi bintang, seterang bintang yang menyinari gelapnya malam,...


Terakhir, tentang keikhlasan. Ada sebuah kalimat yang bagiku sangat menyentuh. Ketika Lexa akhirnya diperkosa dan berbicara dengan Haydar sambil terisak, Haydar berkata “Please, jangan bunuh aku dengan dengan kata-kata itu. Aku sakit mendengarnya. Hentikanlah kata-kata itu. Kamu masih bersih, suci….seperti bulir salju yang masih turun. Seperti mutiara yang belum tersentuh. Seperti mata air paling bening di hutan yang paling dalam. Kamu masih suci. Kamu masih Putri Saljuku…”. Bahkan seketika itu juga Haydar melamar Lexa yang masih terbaring di Rumah Sakit. (So Sweeettt banget ga sih,..) Sesuatu yang mungkin tidak akan dilakukan oleh laki-laki lain. Tapi disini, kita belajar ikhlas. Dari Haydar yang menerima Lexa apa adanya, dan dari Lexa yang rela berbagi suami dengan Salma yang sama-sama mencintai Haydar. Kenyataan memang tak selamanya manis, selalu terselip kepahitan didalamnya. Dan disanalah kita belajar arti keikhlasan…


Setidaknya, keenam hal itulah yang aku pelajari dari novel ini. Sama seperti jumlah rukun iman yang biasa aku hafal semasa TK. Setiap pelajaran itu aku dapat melalui alur cerita yang lucu, unik dan menyentuh.


Selain itu, novel ini juga bisa dijadikan ajang berlatih bahasa inggris dan bahasa jawa dalam beberapa dialog disertai dengan artinya. Sehingga pembaca tidak kesulitan untuk mengikuti alur cerita. Novel ini juga banyak berisi guyonan-guyonan yang terkesan nakal tapi menyegarkan. Misalnya kata boksi (bokong seksi) dan boby (bokong byadab) yang dibalut dalam dialog yang konyol dan mengundang tawa pembaca.


Penulis juga pandai menyembunyikan the real story dan membuat teka-teki sehingga membuat pembaca penasaran dan semakin ingin membaca. Misalnya ketika Haydar dilarikan ke Rumah Sakit setelah ditusuk oleh Ariel Cs, penulis hanya menyebutkan bahwa yang menyelamatkan Haydar adalah seorang laki-laki. Hal inilah yang membuat pembaca bertanya-tanya siapa sebenarnya laki-laki itu. Dan setelah bercerita kesana kemari, barulah penulis menyingkap cerita yang sebenarnya dengan sejelas-jelasnya.


Walaupun novel ini punya beberapa kesamaan dengan AAC, tapi novel ini juga tetap mempunyai ciri khas. Yaitu pada kemasan ceritanya yang masih remaja banget, namun tetap tidak meninggalkan sisi agamisnya. Sehingga cocok dibaca oleh pecinta novel remaja. Lain halnya dengan novel AAC yang terkesan lebih dewasa dan sangat religius.


Akan sangat sulit jika harus membandingkan dua novel yang sama hebatnya. “Ayat-ayat Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy dan “Bismillah, ini tentang cinta” karya Ali Imron El-Shirazy. Apalagi mereka berdua kakak beradik. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan yang hebat untuk memikat para pembaca novelnya.


Jika dinilai dari segi alur cerita, aku lebih menyukai karya kang Ali, karena terkesan kocak dan lebih menghibur. Sedangkan kalau dinilai dari segi agama dan kedewasaan, maka novel Ayat-ayat Cintalah yang lebih unggul. Jadi menurutku tidak ada yang lebih buruk dan lebih jelek diantara keduanya. Karena masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Dan yang jelas, I like this novel so much!!

Continue...
 
cursor